Karakter Ruang Bermain Berdasarkan Persepsi Visual Anak Usia Sekolah Dasar Di Kota Malang
Abstract
Pemenuhan kebutuhan ruang bermain di perkotaan belum terpenuhi secara maksimal. Keterbatasan lahan dan desain yang belum sesuai dengan perkembangan anak menjadi faktor pendukung minimnya ruang bermain anak saat ini. Arsitektur yang terbentuk dari persepsi manusia, membuat pertimbangan persepsi sebagai sumber informasi dalam proses perancangan. Dalam proses perancangan persepsi yang digunakan adalah persepsi arsitek sebagai perancangan, memungkinkan timbulnya perbedaan ruang bermain dilihat dari persepsi sudut pandang anak sebagai pengguna ruang. Perolehan informasi, dalam persepsi, menghadirkan sebuah unsur visual yang pertama mendominasi dalam pikiran anak khususnya pada usia sekolah dasar. Sehingga indera penglihatan anak menjadi sumber informasi terbanyak dalam menghadirkan sebuah persepsi visual. Dalam perkembangan anak, persepsi visual yang muncul bergantung pada cara pandang dan pengetahuannya. Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan anak akan sesuatu, maka perkembangan persepsi visualnya pun akan semakin meningkat. Sehingga persepsi visual anak yang dihasilkan bergantung pada perkembangan anak tersebut secara keseluruhan. Pada usia sekolah dasar anak tidak lagi mewakili objek dalam hubungan dengan dirinya sendiri namun juga mulai mewakili objek dalam hubungan interaksi antar satu dengan lainnya. Sehingga persepsi visualnya mengenai ruang bermain dapat dijadikan informasi dasar perancangan yang memberikan karakter ruang tertentu. Hal tersebut dibutuhkan dalam melihat pengetahuan dan cara anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar sesuai dengan karakter perkembangannya.