Bangunan Industri Pengolahan Kakao di Blitar dengan Konsep Arsitektur Ekologi

Authors

  • maemunah zahrah Brawijaya University
  • Heru Sufianto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang

Abstract

Indonesia  adalah  negara  produsen kakao  terbesar  ke-tiga di dunia, salah satunya  Kabupaten Blitar sebagai produsen kakao di regional Jawa. Kakao dari Blitar memiliki potensi yaitu mampu  memenuhi pasar regional, nasional maupun ekspor.  Salah satu tempat pengolahan kakao di  awa Timur  adalah Kampung  Coklat.  Selain  tempat  pengolahan,  Kampung  Coklat  juga  memiliki  konsep  sebagai  wisata edukasi  dengan  pengenalan  proses  pengolahan  coklat.  Melihat  data  produktivitas  kakao  dan permintaan  pasar,  maka  dapat  disimpulkan  kualitas  biji  kakao  dari  Blitar  memiliki  potensi  dan mampu  bersaing.  Namun  perkembangan  produktivitas  biji  kakao  tidak  diimbangi  dengan  adanya bangunan  industri  pengolahan  sampai  tingkat  akhir  (produk  olahan  coklat).  Menurut  Kementrian Perindustrian,  Kampung  Coklat  menjadi  salah  satu  dari  sepuluh  calon  Technopark  Coklat  yang berpotensi  mendirikan  bangunan  industri  pengolahan  kakao.  Kebutuhan  akan  pengembangan produk  maupun  bangunan  industri  pun  dibutuhkan.  Seiring  dengan  pengembangan  produk  dan bangunan industri  tidak menutup kemungkinan akan meningkatnya kebutuhan  energi,  sumber dayamaupun  dampak  lingkungan.  Menurut  Kementrian  Lingkungan  Hidup  di  Indonesia  telah  terjadi penurunan kualitas lingkungan, dan bangunan adalah penghasil emisi karbondioksida, yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global. Maka dari itu, perancangan menggunakan konsep arsitektur ekologi  diharapkan  dapat  mengurangi  dampak  lingkungan  yang  mungkin  ditimbulkan  untuk menjaga kualitas lingkungan dan keberlangsungan proses produksi.

Downloads

Published

2018-07-31

Issue

Section

Articles