Pendekatan Barrier-Free Design pada Perpustakaan Tunanetra di Kota Bandung
Abstract
Aksesibilitas adalah hak fundamental bagi setiap individu, termasuk penyandang disabilitas. Di Indonesia, 8,5% penduduk merupakan penyandang disabilitas, dengan tunanetra menempati peringkat pertama. Merespons ratifikasi Marrakesh Treaty oleh Indonesia untuk meningkatkan aksesibilitas karya publikasi bagi penyandang tunanetra, serta sejalan dengan kebijakan Kota Bandung yang ramah disabilitas, penelitian ini bertujuan mewujudkan wadah literasi yang memungkinkan penyandang tunanetra mengakses informasi secara mandiri, aman, dan nyaman. Untuk mewujudkan desain Perpustakaan Tunanetra tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan Barrier-Free Design melalui kriteria mengenai Accesibility, Distinguishability, dan Usability. Metode yang digunakan adalah observasi lapangan yang terbagi menjadi dua kategori utama yaitu observasi objek dan observasi pengguna. Observasi ini didasarkan pada prinsip Barrier-Free Design dan karakteristik pengguna tunanetra, dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman komprehensif tentang kebutuhan spesifik penyandang tunanetra dalam konteks perpustakaan. Integrasi antara kriteria desain, hasil observasi, dan program desain menghasilkan empat konsep utama: Cluster Area, Legible Circulation, Distinguishable, dan Guide and Information. Konsep-konsep ini bertujuan menciptakan wadah literasi yang inklusif, aman, dan nyaman bagi penyandang tunanetra.